Padang – Suasana memanas saat Calon Gubernur Sumatera Barat, Mahyeldi dan Epyardi Asda, berdebat mengenai program sosial dan dukungan bagi masjid serta pesantren di Sumbar.
Debat pertama Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sumbar 2024 ini berlangsung di Hotel Mercure, Padang, pada Rabu (13/11/2024) malam.
Dalam debat tersebut, Epyardi melontarkan pertanyaan kritis terkait program Mahyeldi yang berfokus pada ketahanan sosial, budaya, dan agama di Sumatera Barat.
Pertanyaan itu terutama berkaitan dengan penerapan falsafah adat Minangkabau “Adat Basandi Syara’, Syara’ Basandi Kitabullah.”
Epyardi menanyakan sejauh mana Mahyeldi telah menerapkan prinsip tersebut dalam kepemimpinannya, khususnya bantuan bagi pesantren.
“Pak Mahyeldi, sampai sejauh mana Anda memahami falsafah kita? Pesantren mana saja yang sudah Anda bantu selain milik kader PKS? Mengapa kunjungan Anda hanya di lokasi yang dikelola kader PKS?” tanyanya.
Ia juga menyinggung kunjungan Mahyeldi yang, menurutnya, belum menyentuh masyarakat secara merata.
“Ketika saya berkunjung ke daerah, banyak warga menyampaikan bahwa bapak hanya datang tanpa aksi nyata, hanya sekadar memantau. Ini yang masyarakat keluhkan,” tambah Epyardi.
Menanggapi tudingan itu, Mahyeldi memberikan jawaban dengan tenang, menepis anggapan bahwa bantuan dan kunjungannya hanya untuk PKS.
“Masjid itu milik umat, Pak, bukan milik PKS atau golongan tertentu,” tegas Mahyeldi.
Mahyeldi menjelaskan bahwa setiap program, termasuk safari Ramadan dan kegiatan sosial lainnya, dilakukan secara inklusif.
“Kami mengunjungi masyarakat yang membutuhkan tanpa memandang kelompok mereka. Ingat waktu kami membantu warga yang rumahnya rusak? Itu dilakukan tanpa memandang afiliasi politik,” ujarnya.
Ia juga menambahkan bahwa bantuan, termasuk bagi masjid dan pesantren, murni untuk tujuan sosial, bukan politik.
“Jika ada masjid yang rusak, kami bantu tanpa melihat kelompok tertentu. Masjid adalah milik umat, bukan milik partai,” tutup Mahyeldi.